Minggu, 13 November 2016

individu, keluarga dan masyarakat

A.       Individu
       Kata “ individu ” berasal dari kata latin yakni kata individuum, yang memiliki arti “yang tak terbagi”, jadi  individu adalah suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan  suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen. Sehingga manusia yang seperti itu sering disebut “orang seorang” atau “manusia perorangan” ,individu dalam hal ini adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik tentang dirinya, akan tetapi dalam banyak hal ada pula persamaan disamping hal-hal yang spesifik tentang dirinya dan orang lain. 
       Manusia dikatakan menjadi individu apabila pola tingkah lakunya sudah bersifat spesifik didalam dirinya dan bukan lagi menuruti pola tingkah laku yang umum.Dalam hubungan ini dapat dicirikan,apabila manusia dalam tindakan-tindakannya menjurus kepada kepentingan pribadi,maka disebut manusia sebagai makhluk individu. Sebaliknya,apabila tindakan-tindakannya merupakan hubungan dengan manusia lainya,maka manusia itu dikatakan makhluk sosial.Selama perkembangan manusia menjadi individu,ia pun mengalami bahwa pada dirinya dibebani beberapa peranan.Peranan-peranan ini terutama dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesama manusia yang disebut makhluk sosial.Tidak jarang dapat timbul konflik pada diri individu,karena tingkah laku yang spesifik dalam diri bercorak atau bertentangan dengan peranan yang dituntut oleh masyarakat.
B.        Keluarga
Pengertian Keluarga
       Keluarga (bahasa Sanskerta: “kulawarga”; “ras” dan “warga” yang berarti “anggota”) adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
       Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. 
       Keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga  merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan itu sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami-istri dan anak-anak yang belum dewasa.[4] 
       Di Indonesia sendiri, keluarga telah diatur dalam berbagai peraturan atau undang-undang RI nomor 10 tahun 1992 yang mendefinisikan keluarga sebagai berikut : ”Keluarga merupakan wahana pertama seorang anak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi kelangsungan hidupnya”. 
A.     Proses Pembentukan Keluarga
Proses terbentuknya keluarga harus melewati tahap-tahap yang harus dilalui oleh orang yang akan membentuk lembaga keluarga. Tentunya tahaptahap itu harus sesuai dengan karakteristik hukum dan adat yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Secara umum, tahap-tahap dalam membentuk lembaga keluarga adalah sebagai berikut:[5]
1.  Tahap Pre-Nuptual
Tahap ini merupakan tahap persiapan sebelum dilangsungkannya perkawinan sesuai dengan adat, kebiasaan, tata nilai, dan aturan dalam masyarakat yang bersangkutan. Bentuknya misalnya dapat berupa pelamaran, pertunangan, penentuan hari perkawinan, dan lain-lain. Orang yang akan melangsungkan perkawinan harus memenuhi segala persyaratan baik materiil maupun non-materiil. Materiil misalnya berkaitan dengan mas kawin, dan sebagainya, sedangkan non-materiil biasanya berkaitan dengan kesiapan psikis individu yang akan melangsungkan pernikahan. 
2.  Tahap Nuptual Stage
     Tahap ini merupakan tahap inti dilangsungkannya perkawinan yang berupa kesepakatan hidup bersama untuk membina sebuah keluarga sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
3.  Tahap Child Rearing Stage
   Tahap ini merupakan proses pemeliharaan anak-anak sebagai tanggung jawab dari sebuah keluarga untuk membesarkan dan mendewasakan anak-anak, sehingga tercapai tujuan keluarga yang bahagia sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4.  Tahap Muturity Stage
Tahap ini merupakan tahap lanjut dimana anak-anak mereka dari buah perkawinannya sudah melangkah dewasa dan siap untuk melangsungkan perkawinan membentuk keluarga baru.

B.   Fungsi Keluarga
Dalam buku Ilmu Sosial Dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara dikatakan bahwa fungsi-fungsi keluarga meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1.    Pembentukan Kepribadian
Dalam lingkungan keluarga, para orang tua meletakkan dasar-dasar kepribadian kepada anak-anaknya, dengan tujuan untuk memproduksikan serta melestarikan kepribadian mereka dengan anak cucu dan keturunannya.
Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial dalam lingkungan keluarga adalah suatu modal dasar dalam membentuk kepribadian seseorang, dan turut menentukan pula tingkah laku seseorang terhadap orang lain, dalam pergaulan di luar lingkungan keluargnya.
2.      Erat kaitannya dengan butir a, keluarga juga berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian-kepribadian yang berakar dari etika, estetika, moral keagamaan, dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan sebuah struktur masyarakat tertentu. 

3.    Sebagai Jenjang dan Perantara Pertama dalam Transmisi Kebudayaan
       Pada kelompok masyarakat, peranan keluarga adalah maha penting sebagai transmisi kebudayaan, sekalipun sudah ada perantara-perantara lain. Namun demikian, sekarang peranan keluarga sebagai penyaluran (transmisi) kebudayaan sudah tidak memadai lagi. Lembaga-lembaga nonformal ataupun formal seperti sekolah-sekolah adalah perantara-perantara dalam bentuk lain dalam transmisi kebudayaan.

4.      Sebagai Lembaga Perkumpulan Perekonomian
      Dalam masyarakat biasanya terdapat sistem kekeluargaan yang sangat luas. Akan tetapi kehidupan perekonomian masih belum berkembang. Pada kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kompleks tetapi belum masuk pada era masyarakat industri, perekonomian mereka sudah mulai berkembang. Namun begitu ikatan-ikatan kekeluargaan masih terjalin kuat dan sering mempengaruhi atau menguasai bidang perekonomian mereka. 

5.      Sebagai Pusat Pengasuhan dan Pendidikan
       Dalam lingkungan masyarakat, untuk keperluan pengasuhan dan pendidikan anak-anak (baik laki-laki ataupun perempuan) dibangun balai pendidikan. Sistem pendidikan semacam ini berlaku dalam lingkungan masyarakat suku pedalaman atau pesisir di Irian Jaya, sebelum tahun 1960-an. Dalam peradaban modern dewasa ini, sistem pendidikan seperti itu sudah jarang didapat. Secara merata sistem pendidikan serupa itu telah diganti oleh sekolah-sekolah.
C.   Masyarakat
A.        Pengertian Masyarakat
       Society atau masyarakat yang berasal dari kata Latin socius, yang artinya kawan. Istilah masyarakat dari bahasa Arab syakara yang artinya ikut serta, berpartisipasi.[7]
       Dalam arti luas yang dimaksud masyarakat ialah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dengan tidak dibatasi lingkungan, bangsa dan lain-lain. Atau: Keseluruhan dari semua hubungan dalam hidup bermasyarakat.
       Dalam arti sempit masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu umpamanya: territorial, bangsa, golongan dan sebagainya. Maka ada masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, masyarakat Minang dan lain-lain.[8] 
       Berdasar arti tersebut di atas, masyarakat adalah kelompok manusia yang telah lam bertempat tinggal di suatu daerah yang tertentu dan mempunyai aturan (undang-undang) yang mengatur tata hidup mereka untuk menuju kepada tujuan yang sama.
B.        Bentuk-Bentuk Masyarakat[9]
1.         Masyarakat Sederhana
Dalam masyarakat sederhana pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Hal ini karena adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-tantangan alam yang buas pada saat itu. Misalnya berburu atau menangkap ikan di laut yang tercatat sebagai monopoli pekerjaan kaum lelaki. Sedangkan mengurus rumah tangga, menyusui, mengasuh anak-anak, merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam adalah pekerjaan orang perempuan.
Dengan demikian, antara suami dan istri, antara sesama istri terjadi pembagian kerja dengan kesepakatan yang dapat diterima satu sama lain.
2.         Masyarakat Maju
                   A. Masyarakat Non Industri
1)    Kelompok Primer
Kelompok Primer ini disebut juga kelompok “face to face group”, sebab para anggota kelompok sering berdialog, bertatap muka, karena itu saling mengenal lebih dekat, lebih akrab. Sifat interaksinya bersifat kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja/tugas kelompok ini lebih dititikberatkan pada kesadaran, tanggung jawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela. Kelompok primer ini adalah lain: keluarga, rukun tetangga, kelompok belajar, kelompok agama, dan lain sebagainya.
2)   Kelompok Sekunder
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak langsug, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu, sifat interaksi, pembagian kerja, pembagian kerja antar anggota kelompok diatur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasional, obyektif. Contoh-contoh kelompok sekunder, seperti: partai politik, perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. 
B)   Masyarakat Industri
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi sejenis, juga menjadi ciri dari bagian/kelompok-kelompok masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu. Contoh-contoh: tukang roti, tukang sepatu, tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli dinamo, mereka bekerja secara mandiri. 

a.    Tingkatan-Tingkatan Masyarakat :    
1.    Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.       
2.      Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3.      Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
Tingkatan-tingkatan dalam masyarakat ini tidak akan menimbulkan kesenjangan social apabila tiap lapisan melaksanakan perannya dengan baik. Meskipun demikian, tingkatan-tingkatan ini akan menimbulkan banyak masalah di kemudian hari. Dalam dewasa ini, tingkatan-tingkatan tersebut kurang terlalu penting dalam kehidupan kemasyarakatan, karena masyarakat sekarang hampir tidak mungkin untuk digolongkan menjadi beberapa tingkatan. Mereka lebih kompleks daripada masyarakat terdahulu. 


D.       Hubungan Antara Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Hubungan individu dengan keluarga 
Individu memiliki hubungan yang erat dengan keluarga, yaitu dengan ayah, ibu, kakek, nenek, paman, bibi, kakak, dan adik. Hubungan ini dapat dilandasi oleh nilai, norma dan aturan yang melekat pada keluarga yang bersangkutan. Dengan adanya hubungan keluarga ini, individu pada akhirnya memiliki hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya dalam keluarga.
Hubungan individu dengan masyarakat        
Hubungan individu dengan masyarakat terletak dalam sikap saling menjunjung hak dan kewajiban manusia sebagai individu dan manusia sebagai makhluk sosial. Mana yang menjadi hak individu dan hak masyarakat hendaknya diketahui dengan mendahulukan hak masyarakat daripada hak individu.

E. Urbanisasi
A.   Pengertian Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. Perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni migrasi penduduk dan mobilitas penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota, sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak menetap.
B.   Proses terjadinya urbanisasi

          Proses Terjadinya Urbanisasi di karenakan faktor urbanisasi, antara lain factor – factor urbanisai di bagi menjadi 2 yakni :
1)   Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
·             Kehidupan kota yang lebih modern
·             Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
·             Banyak lapangan pekerjaan di kota
·             Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas
2)   Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
·             Lahan pertanian semakin sempit
·             Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
·             Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
·             Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
·             Diusir dari desa asal
·             Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
C.        Keuntungan Urbanisasi
1)   Memoderenisasikan warga desa
2)   Menambah pengetahuan warga desa
3)   Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu daerah
4)   Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat desa

D.       Akibat urbanisasi
1)   Terbentuknya suburb tempat-tempat pemukiman baru dipinggiran kota
2)   Makin meningkatnya tuna karya (orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap)
3)   Masalah perumahan yg sempit dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
4)   Lingkungan hidup tidak sehat, timbulkan kerawanan sosial dan criminal

E.       Problematika Individu, Keluarga dan Masyarakat
Masalah sosial muncul akiba tterjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain : 
1.      Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dan lain-lain.
2.      Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dan lain-lain.
3.      Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dan sebagainya.
4.      Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dan sebagainya. 



Daftar Pustaka


pemuda dan sosialisasi


A.     Pemuda


 

Sumber gambar : http://www.qureta.com/post/pemuda-pilar-demokrasi
Pengertian pemuda :
Secara harfiah pemuda adalah golongan manusia yang masih muda dan bersifat labil yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan supaya menjadi lebih baik. Pemuda juga akan menjadi penerus generasi bangsa, dengan semangat pemuda akan menentukan perubahan diwaktu yang akan datang.
Sebagai seorang mahasiswa/mahasiswi kita adalah pemuda yang dapat merubah perubahan dan kemajuan negara ini dengan rancangan-rancangan dan jalan pikir kita sebagai pemuda. Proses sosialisasi yang dialami oleh pemuda tiap harinya entak itu di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat membawa dampak yang besar dalam membina sikap hidup di masyarakat luas.
Pemuda diharuskan dapat bersosialisasi dengan masyarakat, dituntut supaya bisa beradaptasi dan bergaul dengan lingkungan sekitar agar menimbulkan sikap peduli dan rasa kebersamaannya terjalin.
Pemuda terdiri dari kelompok umur, yaitu sebagai berikut:
§  Masa Bayi = 0 – 1 Tahun
§  Masa Anak = 1 – 12 Tahun
§  Masa Puber = 12 – 15 Tahun
§  Masa Pemuda = 15 – 21 Tahun
§  Masa Dewasa = 21 Tahun Keatas

Ataupun dari segi fungsional maka diberikan istilah anak, remaja, dan dewasa, perinciannya sebagai         
berikut :
§  Golongan Anak : 0 – 12 Tahun
§  Golongan Remaja : 13 – 18 Tahun
§  Golongan Dewasa : 18 (21) Tahun Keatas

Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk sosial. Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa, maka dari itu dalam tahap menjadi seorang pemuda yang matang kondisi perlu diperhatikan, kondisi yang labil membuat pemuda terbawa pergaulan, maka dari itu dalam memilih teman bergaul perlu diperhatikan supaya tidak salah gaul.
Pemuda memiliki kelebihan yang mau menghadapi perubahan, karena itu pemuda bisa dikatakan merupakan sesuatu hal yang luar biasa. Soekarno pernah mengorbakan saat pidatonya tentang semangat juang Pemuda “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”. Begitulah pandangan Sukarno tentang pemuda di indonesia, Sukarno mempercayai pemuda Indonesia dapat merubah dan nasib ditentukan ditangan pemuda Indonesia.

Kilas balik ke sejarah dimana bukti otentik bahwa tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan, dan kini moment ini diperingati sebagai Sumpah Pemuda. Rumusan kongres Sumpah Pemuda ditulis oleh Moehammad Yamin yang berisi:

1.      Pertama, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2.      Kedua, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3.      Ketiga, Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

A.   Sosialisasi

A.        Pengertian Sosialisasi: Apa Itu Sosialisasi

Pengertian Sosialisasi dan Tujuan Sosialisasi | Secara garis besar pengertian sosialisasi dapat dipandang sebagai suatu proses belajar mengajar. Melalui sosialisasi, individu belajar menjadi anggota masyarakat, dimana prosesnya tidak semata mata mengajarkan pola pola perilaku sosial kepada individu tetapi juga individu tersebut mengembangkan dirinya atau melakukan proses pendewasaan dirinya.
Berikut beberapa pengertian sosialisasi menurut para ahli

Pengertian Sosialisasi menurut para ahli

 

1.    Pengertian Sosialisasi menurut Charlotte Buchler

  Pengertian sosialisasi adalah proses yang membantu individu individu belajar dan menyeseuaikan diri bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya (Charlotte Buchler).


2.    Pengertian Sosialisasi Menurut Peter Burger.

  Pengertian sosialisasi merupakan sebuah proses seorang anak menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Peter Berger).
3. Pengertian Sosialisasi Menurut Bruce J. Cohen
Pengertian sosialisasi adalah proses proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat (ways of life in society), untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya sehingga dapat berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok (Bruce J. Cohen).
4. Pengertian Sosialisasi Menurut Robert M.Z. Lawang
Pengertian sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial (Robert M.Z. Lawang).
5. Pengertian Sosialisasi menurut Soerjono Soekamto
Pengertian sosialisasi adalah proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajri norma-norma dan nilai nilai masyarakat dimana ia mnjadi anggota (Soerjono soekamto).
Berdasarkan pengertian sosialisasi diatas, dapat katakan bahwa sosialisasi merupakan proses dimana seseorang mempelajari pola-pola hidup dalam masyarakat sesuai dengan nilai nilai, norma dan kebiasaan yang berlaku untuk berkembang sebagai anggota masyarakat dan sebagai individu.
Berdasarkan pengertian sosialisasi atau batasan sosialisasi diatas dapat diambil beberapa poin penting yaitu:
1.    Sosialisasi berjalan melalui proses belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya (behavioral patterns of society).
2.    Sosialisasi berjalan bertahap dan berkesinambungan (kontinu), mulai dari sejak individu dilahirkan hingga dia mati.
3.    Sosialisasi berhubungan erat dengan enkulturasi atau proses pembudayaan, yaitu proses belajar dari seorang individu untuk belajar, mengenal, menghayati, dan menyesuaikan alam pikiran serta cara dia bersikap terhadp sistem adat, bahasa, seni, norma, agama dan seluruh peraturan dan pendirian yang ada dalam lingkungan kebudayaan masyarakat






Setelah anda mengetahui tentang pengertian sosialisasi, mari kita baca tentang tujuan sosialisasi dibawah ini

B.   Tujuan Sosialisasi

Menurut Bruce J. Cohen, sosialisasi memiliki beberapa tujuan yaitu:
1.    Sosialisasi bertujuan agar tiap individu mendapatkan bekal keterampilan yang   kelak nantinya akan dia butuhkan untuk tetap hidup.
2.    Sosialiasi bertujuan agar setiap individu dapat berkomunikasi yang tentu saja     dengan efektif sehingga kemampuan membaca, menulis, dan berbicara dapat       berkembang.
3.    Sosialisasi bertujuan agar mengendalikan fungsi fungsi organik melalui latihan latihan mawas diri yang tepat
4.    Sosialisasi bertujuan sehingga setiap individu dapat membiasakan dirinya           dengan nilai nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.     Membentuk sistem perilaku melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh watak      pribadinya, yaitu bagaimana ia memberikan reaksi terhadap suatu      pengalaman menuju proses pendewasaan

Pengertian sosialisai secara umum :
1.    Memberikan keterampilan bagi seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat.
2.    Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif.
3.    Mengembangkan fungsi organik melalui introspeksi orang yang tepat.
4.    Menanamkan nilai-nilai dan keyakinan kepada seseorang yang memiliki tugas   utama dalam masyarakat.

C.   Jenis sosialisasi

     Berdasarkan jenis, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses berlangsung di lembaga total, yaitu tempat tinggal dan tempat kerja. Dalam kedua lembaga, ada sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat umum dalam jangka waktu tertentu, bersama-sama terkukung hidup, dan secara resmi diatur.

     Sosialisasi primer

·       Peter L. Berger dan Luckmann
     Mendefinisikan sebagai yang pertama sosialisasi sosialisasi primer individu hidup sebagai seorang anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak-anak tidak pergi ke sekolah. Anak-anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
     Dalam tahap ini, peran orang-orang terdekat anak menjadi sangat penting karena anak telah membuat pola interaksi yang terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi antara anak-anak dan anggota keluarga dekat.

Sosialisasi sekunder

     Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Resosialisasi dan bentuk desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi identitas baru. Sementara dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas lama.

D.   Tipe sosialisasi

Setiap masyarakat memiliki standar dan nilai-nilai yang berbeda. Sebagai contoh, standar ‘apakah seseorang itu baik atau tidak’ di sekolah-sekolah di berbagai kelompok sepermainan. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik jika nilai tes di atas tujuh atau tidak pernah terlambat ke sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, juga jika seseorang disebut dalam solidaritas dengan teman-teman dan saling membantu. Perbedaan standar dan nilai-nilai tidak dapat dipisahkan dari jenis yang ada sosialisasi. Ada dua jenis sosialisasi. Tipe kedua sosialisasi adalah sebagai berikut.
·       Formal
Jenis sosialisasi terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang sesuai dengan peraturan yang berlaku dari negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
·       Informal
Semacam ini sosialisasi di masyarakat atau dalam hubungan keluarga, seperti antara teman, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Kedua sosialisasi sosialisasi formal dan informal masih mengarah ke pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman-teman sekolah dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolah.
Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. dengan proses soialisasi, siswa akan dibuat sadar akan peran apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan memiliki kesadaran dalam dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Sebagai contoh, jika saya termasuk anak yang baik dan teman-teman atau tidak? Apakah perliaku Aku sudah tidak pantas atau tidak?
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat suluit dipisahkan karena individu biasanya menerima sosialisasi formal dan informal pada waktu yang sama.

E.    Pola sosialisasi


Sumber gambar : htttp://www.google.co.id
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi sosialisasi represif dan partisipatoris. Sosialisasi represif (sosialisasi represif) menekankan penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Fitur lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan ganjaran. Penekanan pada kepatuhan dari anak-anak dan orang tua.
Penekanan pada komunikasi satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan terletak pada sosialisasi orang tua dan keinginan orang tua dan peran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatif (sosialisasi partisipatif) adalah pola di mana anak berperilaku baik dihargai pada saat itu. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi anak diberikan kebebasan. Penekanan ditempatkan pada interaksi verbal dan sosialisasi komunikasi pusat anak-anak dan kebutuhan anak-anak. Keluarga menjadi lebih umum.

F.    Proses sosialisasi

Sosialisasi melalui yang satu dapat membedakan tahapan sebagai berikut melalui.
·  Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat ini sedang mempersiapkan seorang anak untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri kita sendiri. Pada tahap ini anak-anak juga mulai meniru kegiatan, meskipun tidak sempurna.
Contoh: Kata “makan” ibu mengajar anak-anak mereka yang masih balita diucapkan “mam”. Arti kata ini juga tidak dipahami dengan baik oleh hak anak-anak. Seiring waktu anak memahami makna yang tepat dari kata-kata untuk makan dengan realitas yang mereka alami.
·  Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan anak-anak yang tidak sempurna meniru peran yang dimainkan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran nama yang tepat dan nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak-anak mulai menyadari apa yang seorang ibu dan apa yang diharapkan dari seorang ibu dari seorang anak.
Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian besar orang-orang ini adalah orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan kelangsungan hidup diri kita sendiri, dari mana anak-anak menyerap norma dan nilai. Untuk seorang anak, orang-orang ini disebut bermakna (signifikan).
·  Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran langsung dimainkan oleh dirinya dengan hati nurani yang jelas. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain juga meningkat untuk memungkinkan kemampuan untuk bermain bersama. Dia mulai menyadari tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya.
Pada tahap ini lawan hubunganya berinteraksi lebih banyak dan lebih kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman sebaya di luar rumah. Peraturan ini juga di luar keluarga secara bertahap mulai dipahami. Pada saat yang sama, anak-anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarga.
Dikutip dari : https://id.wikipedia.org/
·  Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini orang tersebut dianggap sebagai orang dewasa. Dia mampu menempatkan dirinya pada posisi masyarakat luas. Dengan kata lain, ia dapat mentolerir tidak hanya oleh mereka yang berinteraksi dengan dia tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama – bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga negara dalam arti sepenuhnya.
G.   Fungsi sosialisasi
1. Individu 
Sosialiisasi berfungsi sebagai sarana pengenalan, pengakuan, dan penyesuaian diri terhadap nilai-nilai, norma-norma, dan struktur sosial yang ada didalam masyarakat sehingga dapat berprilaku tertib dan disiplin. Dengan demikian, seseorang menjadi warga masyarakat yang baik. Pengertian warga masyarakat yang baik adalah warga yang mampu memenuhi segala kewajiban dan menerima semua haknya sebagai warga masyarakat.

2. Kepentingan Masyarakat  
Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pelestarian, penyebar luasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma-norma sosial. Dengan demikian nilai dan norma tetap terpelihara dari generasi ke generasi dalam masyarakat yang bersangkutan. Apabila fungsi sosialisasi seperti yang dijelaskan diatas berjalan dengan baik, maka diharapkan dapat memenuhi tujuan 

Daftar Pustaka




RISC dan Pipelining

RISC (Reduced Instruction Set Computer) Rancangan arsitektur CPU yang mengambil dasar filosofi bahwa prosesor dibuat dengan arsitektur yang...